Wednesday, February 8, 2017

Tarikan Motor Loyo? Coba Cek Knalpot, deh



sugengrdiary.blogspot.com - Duh, si kebo tua mulai rewel. Kebo adalah julukan motor Suzuki Shogun 110 generasi tahun 1997. Dikatakan tua karena memang usia sudah lumayan. Kalau dihitung-hitung, tahun 2017 ini genap akan berusia 20 tahun. Si kebo ini adalah tunggangan penulis yang setia menemani setiap hari, mengantar berangkat dan pulang beraktivitas. Bukan promosi, motor ini cukup bandel, lo. Di usianya sekarang ini belum pernah turun mesin sekali pun. Nah, menginjak usia ke 20 tahun ini tampaknya dia mulai kelelahan, minta ganti onderdil yang lebih serius. Kalau teman-teman malah menyarankan untuk ganti STNK alias ganti motor baru, walah!

Sebenarnya gejala ketidakberesan si kebo sudah terjadi akhir tahun lalu, tepatnya pada pertengahan Desember 2016. Saat itu tiba-tiba tenaga hilang. Motor menjadi pelan dengan sendirinya dan kemudian mesin mati. Membikin dag-dig-dug karena saat itu posisi sedang ada di jalur sebelah kanan, sedang mendekati perempatan dan mau belok ke kanan. Motor akhirnya bisa hidup lagi tetapi berjalan tersendat-sendat tidak normal. Menempuh kurang lebih 1,8 km mesin akhirnya mati lagi. Kali ini penulis berhenti agak lama, sengaja untuk mendinginkan mesin dan menenangkan pikiran dulu. Penulis saat itu belum tahu penyebab mogoknya motor karena setelah itu tidak ada kejadian serupa lagi, lancar-lancar saja.

Gejala rewel mulai lagi seminggu terakhir. Penulis rasakan saat lewat tanjakan. Biasanya kalau lewat lokasi tersebut tidak masalah tetapi saat ini kok tiba-tiba mesin loyo. Sangat berat walaupun gigi sudah di posisi paling rendah. Akhirnya sampai puncak tanjakan juga walaupun dengan susah payah. Satu lagi, saat di tanjakan dan throttle karburator dibuka agak besar, ada suara mendesis. Suara desisan ini pernah coba penulis cari-cari asalnya saat sampai rumah. Tidak ketemu!

Nah, 2 hari terakhir, kinerja si kebo makin parah. Kali ini benar-benar tidak kuat lagi dan akhirnya berhenti di tanjakan yang sama. Sempat ragu mau melanjutkan perjalanan atau putar balik saja, pulang ke rumah. Akhirnya tetap lanjut dengan was-was. Jalan pelan-pelan saja dan akhirnya sampai juga di tujuan dengan selamat.

Lubang saluran keluar (outlet) knalpot.

Hari berikutnya, untuk menghindari tanjakan yang kemarin, penulis mencari alternatif jalan lain. Jalan yang ini tidak ada tanjakan tetapi konsekuensinya harus melalui putaran balik. Nah, ini juga menjadi masalah tersendiri. Putaran balik ada di jalur paling kanan, artinya kendaraan biasanya berjalan lebih kencang. Ampun deh, si  kebo yang sakit tidak bisa dipaksa kencang. Lepas putaran balik yang pelan, maka kendaraan harus segera dipacu lebih cepat karena kendaraan dari seberang juga cepat. Di sini si kebo menyerah dan harus segera menepi ke sebelah kiri.

Di pertengahan perjalanan, kejadian 3 bulan lalu terulang lagi, mesin hilang tenaga dan mati di tempat yang sama. Sabar ya, pak/bu, mohon tidak berisik dengan klakson anda :)
Duh, bisa terus jalan sampai tujuan tidak, ya? Baru 1/4 dari jarak total yang harus ditempuh, nih. Akhirnya bisa juga selamat sampai tujuan walaupun harus jalan pelan-pelan dan was-was. Kalau benar-benar mati di jalan kan repot.

Malamnya saat sampai rumah, coba dicek lebih teliti. Akhirnya ketemu juga, semoga ini yang menjadi penyebabnya. Apa itu? Knalpot tersumbat!
Serius? Iya!
Kok bisa?

Ukuran lubang saluran keluar (outlet) knalpot Shogun 110. Diameter (ΓΈ) hasil pengukuran sebesar 19,5 mm.

Jadi selama ini motor jalan dengan knalpot tersumbat! Cerobohnya aku ini!
Sama sekali tidak ada semburan angin yang keluar dari lubang knalpot, berarti tersumbat total. Tetapi kenapa mesin masih bisa hidup? Ini dikarenakan ada lubang "alternatif". Ya, di bawah knalpot ada lubang kecil, gunanya untuk membuang air yang mungkin masuk knalpot. Lubang inilah yang selama ini menjadi penyambung nyawa motor, sebagai jalur pembuangan sisa pembakaran. Untung mesin tidak/belum jebol karena terbantu lubang pembuangan air ini. Ya, walaupun bisa mengeluarkan sisa pembakaran tetapi tidak memadai karena ukuran yang sangat kecil, hanya 3 mm. Ukuran sebesar itu hanya sekitar 0,15 x ukuran lubang keluar dari knalpot yaitu 19,5 mm. Pantas saja, setiap kerja di putaran tinggi dan throttle karburator dibuka mendadak maka mesin akan mati. Tampaknya suara desisan yang muncul saat di tanjakan juga keluar dari lubang kecil ini.

Lubang pembuangan air. Lokasi di sebelah bawah knalpot.

Mencegah terjadi resiko lebih buruk, penulis memutuskan mengistirahatkan si kebo. Entah ke depan mau diapakan nih, menyervis knalpot atau mencari knalpot yang baru.

Diameter lubang pembuangan air sebesar 3 mm.

Bagaimana ini bisa terjadi? Penyebabnya karena teledor tidak mengecek kondisi kendaraan secara teliti. Dulu, penulis rutin setiap akhir minggu mencuci sendiri si kebo. Acara cuci-mencuci biasanya juga menjadi waktu untuk mengecek kondisi kendaraan, bagian mana saja yang sudah kurang/tidak normal.

Saat ini? Jarang dan rasanya malas sekali. Entahlah, faktor "u" juga barangkali. Setiap akhir minggu rasanya sudah capai sekali. Naik motor di ibu kota dengan lalu lintas yang ruwet ternyata memang menguras energi, melelahkan sekali. Alhasil, dengan kondisi seperti ini maka acara cuci sekaligus cek motor yang sebelumnya rutin dilakukan saat ini menjadi terabaikan.

Cara mengetahui knalpot tersumbat sebenarnya sangatlah mudah. Tinggal dicek ada tidaknya semburan hasil pembakaran yang keluar lewat lubang pembuangan pada saat mesin dihidupkan. Kekuatan semburan juga bisa menjadi tanda ada tidaknya sumbatan kotoran. Begitu juga perubahan suara knalpot. Oleh karena itu pengecekan secara rutin dengan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi sangat penting untuk mengetahui adanya sumbatan. Sebenarnya, secara teoretis jika knalpot tersumbat total maka mesin tidak mungkin bisa hidup. Jadi, kalau mesin masih bisa hidup tetapi terdapat tanda-tanda seperti di atas, maka wajib untuk waspada. Jangan diabaikan!

Ciri-ciri motor dengan knalpot tersumbat yang dialami penulis saat kendaraan berjalan (di kasus ini mesin masih bisa hidup karena sisa pembakaran masih bisa dikeluarkan lewat lubang pembuangan air):
  1. Membuka throttle karburator lewat puntiran handle grip harus dilakukan secara pelan-pelan. Jika dibuka mendadak, maka mesin akan mati. Ini bisa jadi untuk mengimbangi keluarnya sisa pembakaran yang saat ini memanfaatkan lubang pembuangan air yang sangat kecil.
  2. Besar puntiran handle grip untuk membuka throttle karburator sangat terbatas, kurang lebih hanya sampai 10 derajad. Di atas itu tenaga mesin akan turun. Alasannya sama dengan nomor 1 di atas.
  3. Kecepatan maksimal di jalan mendatar hanya sekitar 40 km/jam. Untuk mendapatkan angka sebesar itu juga membutuhkan waktu tidak sebentar karena akselerasi yang sangat rendah. Ini berkaitan dengan nomor 2 di atas.
  4. Di jalan menanjak bersudut sekitar 30 derajad tanpa kecepatan awalan hampir tidak ada tenaga sama sekali, bahkan gigi paling rendah pun pernah tidak kuat.
  5. Jika throttle karburator dibuka agak besar, maka akan terdengar suara desisan. Suara terdengar jelas sekali saat di tanjakan.